Berjejaring dan Bertumbuh: Studi Banding Komunitas Literasi Lamongan Bersama Balai Bahasa Jawa Timur
Semangat literasi kembali menyala di bumi Lamongan. Pada 17–18 Juni 2025, sebanyak 12 pegiat dari delapan komunitas literasi berkumpul dalam sebuah kegiatan penuh makna: Pendampingan dan Studi Banding Komunitas Literasi, yang difasilitasi oleh Balai Bahasa Provinsi Jawa Timur.
Kegiatan berlangsung selama dua hari di titik lokasi strategis: Rumah Baca Cinta Cita di Desa Kemlagigede, Kecamatan Turi Kabupaten Lamongan.
Komunitas-Komunitas Literasi yang Terlibat
Acara ini melibatkan delapan komunitas literasi yang aktif bergerak di berbagai tempat di Lamongan, yaitu:
- TBM Bintang Brilliant
- TBM Anak Pertiwi
- TBM Wong Takon
- Rumah Baca Cinta Cita
- TBM RKD
- Komunitas Dikata Literasi Utama
- Komunitas Blogger Megilan.
- Gerakan Perpustakaan Anak Nasional (GPAN)
Kehadiran berbagai komunitas ini menunjukkan bahwa literasi bukan hanya urusan sekolah atau perpustakaan, tetapi sudah menjadi gerakan warga, digerakkan oleh sukarelawan di akar rumput.
Baca Juga : Kumpul Komunitas Kol Jatim BBPMP
Rangkaian Kegiatan Hari Pertama: Memantik Gagasan, Menyusun Program
Agenda hari pertama dimulai dengan pembukaan dan sosialisasi dari Kepala BBP Jawa Timur yang menyampaikan pentingnya sinergi dan kolaborasi dalam membangun budaya literasi. Ia juga mendorong agar setiap komunitas membangun identitas dan struktur kelembagaan yang jelas, agar mudah dikenali dan dipercaya oleh masyarakat maupun mitra.
Sesi berlanjut dengan materi “Penyusunan Program dan Kegiatan Komunitas Literasi” yang dibawakan oleh Munasyarotul Fadlilati, penggerak TBM Bintang Brilliant. Dalam pemaparannya, ia menekankan pentingnya menyusun program yang berbasis kebutuhan lokal, sekaligus adaptif dengan perkembangan zaman.
Salah satu catatan penting dari sesi ini selain penyusunan program juga pentingnya memiliki profil komunitas yang baik dan terstruktur. Profil ini tak sekadar formalitas, melainkan identitas dasar yang akan menentukan keberlanjutan komunitas, kemudahan akses kemitraan, dan arah gerak program yang tepat sasaran.
> Profil komunitas sebaiknya memuat:
- Nama dan lokasi komunitas
- Sejarah singkat berdirinya
- Tujuan dan visi-misi
- Bukti legalitas, minimal dari Kepala Desa
- Struktur organisasi dan nama-nama pengurus
- Program-program unggulan
- Jejak kegiatan (dokumentasi atau publikasi)
- Kontak resmi (nomor WA, email, akun media sosial)
Dengan profil yang tersusun rapi, komunitas literasi akan lebih mudah menjalin kerja sama, mendapatkan pendampingan, serta mengukur kemajuan dari waktu ke waktu.
Hari pertama disertai dengan diskusi kelompok membahas perencanaan program dari sebuah kasus yang dialami oleh taman baca. Masing-masing kelompok mempresentasikan hasil diskusinya.
Hari Kedua: Memperkuat Manajemen dan Kelembagaan Komunitas
Hari kedua dimulai dengan sesi penting tentang “Manajemen dan Pengelolaan Komunitas Literasi” yang disampaikan oleh M. Saunan Al Faruq, pengelola Rumah Baca Cinta Cita. Ia membagikan strategi membangun organisasi literasi yang sehat, mulai dari pembentukan struktur, perekrutan relawan, hingga pembagian peran dan tanggung jawab yang jelas.
Dilanjutkan dengan kunjungan ke TBM Gemar Maos, peserta melakukan praktik dan studi banding langsung tentang bagaimana membangun taman baca yang mampu menjangkau keluarga, sekolah, hingga warga lanjut usia.
Refleksi Bersama: Bergerak dan Menggerakkan Literasi
Dua hari ini bukan hanya forum diskusi biasa. Ini adalah ruang untuk bertumbuh bersama bagi pegiat literasi, saling mendengar, dan saling menguatkan. Melalui sesi-sesi yang padat dan inspiratif, para pegiat semakin sadar bahwa gerakan literasi perlu dikelola secara serius dan terstruktur agar terus berdampak luas.
BBP Jawa Timur mendorong agar setiap komunitas mulai menyusun atau memperbarui profil komunitasnya. Selain berguna untuk dokumentasi internal, profil komunitas juga bisa menjadi alat promosi, pengenalan ke mitra, bahkan mendukung proposal kerja sama dan pendanaan.
Bagi komunitas yang belum memiliki profil tertulis, langkah awal bisa dimulai dengan membuat versi sederhana di media sosial atau Google Docs, lalu dikembangkan menjadi versi cetak dan digital (PDF). Profil ini dapat dilampirkan saat mengajukan kerja sama dengan dinas, lembaga donor, atau program literasi nasional.
Dua hari kegiatan ini menjadi ruang belajar yang mendalam, bukan hanya soal strategi program dan manajemen, tetapi juga soal membangun koneksi antarkomunitas, memperkuat semangat kolaborasi, dan menumbuhkan kepedulian bersama.
Dari proses bertukar cerita, peserta menyadari bahwa setiap komunitas memiliki tantangan dan potensi yang berbeda. Namun, justru dalam keberagaman itu, kekuatan gerakan literasi tumbuh dan berkembang.
Kegiatan resmi ditutup dengan refleksi bersama. Para peserta menyampaikan kesan mendalam dan harapan untuk terus bergerak, menyalakan obor literasi dari desa ke desa, dari kampung ke kampung. Semoga kegiatan semacam ini terus digelar dan diperluas, agar lebih banyak komunitas literasi bisa tumbuh bersama, saling berbagi dan menginspirasi.
Tidak ada komentar
Harap berkomentar dengan sopan dan sesuai topik