Belajar Jujur dan Adil Lewat Konflik di Permainan Terajana
Seperti biasa, habis maghrib suasana di TBM Bintang Brilliant tampak ceria. Salah satu sudut terlihat anak-anak duduk melingkar di atas tikar, dadu dan papan permainan sudah siap. Mereka antusias memainkan boardgame Terajana, media edukatif yang dirancang oleh KPK untuk mengenalkan nilai-nilai integritas pada anak.
Permainan pun dimulai. Koin-koin imbalan dilemparkan ke tengah papan, dadu diputar, pion berjalan sesuai giliran. Namun, suasana sempat berubah saat muncul dua insiden kecil yang memicu konflik.
Terkait permainan atau Boardgame Terajana ini sudah sering dituliskan di website ini. Diantaranya bisa baca:
1. Ramadhan Berintegritas, Bermain Boardgame Terajana,
2. Boardgame Terajana, Pembelajaran Anti Korupsi yang Menarik
3. Upaya Pembelajaran Integritas
Kecurangan Kecil, Dampak Besar
Namanya juga permainan, selalu ada yang kalah dan menang. Untuk mewujudkan kemenangan, ada banyak cara yang dilakukan. Hal inilah yang membuat konflik/permasalahan muncul saat permainan Terajana dilakukan. Ada 2 konflik yang ditemukan.
Pertama, seorang anak kedapatan mengambil koin permainan secara diam-diam. Ia melirik sekeliling, memastikan tak ada yang memperhatikan, lalu memasukkan koin ke kantongnya. Teman-temannya mulai merasa ada yang aneh ketika jumlah koin tiba-tiba berkurang.
Konflik kedua muncul saat seorang peserta melangkah tidak sesuai hasil dadu. Ia menggeser pion beberapa kotak lebih banyak dari seharusnya. Awalnya tak ada yang menyadari, tapi salah satu anak memprotes:
"Kok kamu bisa maju sejauh itu? Tadi dadumu cuma tiga!"
Bukan Sekadar Permainan
Sebagai fasilitator/pendamping kegiatan, kami tidak langsung menyalahkan atau memarahi. Permainan dihentikan sejenak. Anak-anak diajak duduk santai dan merenung bersama.
Kami bertanya, “Kalau kita curang dalam permainan, apa dampaknya buat teman-teman?”
Mereka diam. Lalu seorang anak menjawab pelan, “Teman jadi nggak percaya.”
Jawaban sederhana, tapi mengena.
Dari sini kami mengajak mereka berpikir: apa arti kejujuran, keadilan, dan tanggung jawab? Tidak hanya dalam permainan, tapi juga dalam kehidupan sehari-hari.
Mengubah Konflik Menjadi Momen Belajar
Dua konflik kecil tadi akhirnya menjadi momen refleksi yang bermakna. Anak yang mengambil koin akhirnya mengaku dan mengembalikannya. Ia juga diminta mengulang gilirannya. Anak yang memanipulasi langkah pun setuju mengatur ulang posisi pionnya.
Kami tidak memberi hukuman. Sebaliknya, kami memberi kesempatan untuk memperbaiki dan belajar. Dan hasilnya? Permainan justru berjalan lebih tertib, anak-anak saling mengingatkan jika ada kesalahan.
Sebagai fasilitator sekaligus pendidik, penting untuk menjaga hubungan impersonal yang efektif. Tidak menyalahkan pribadi, tapi mengoreksi perilaku. Tidak menghakimi, tapi memfasilitasi proses belajar.
Dengan pendekatan ini, anak-anak merasa aman untuk mengakui kesalahan, dan terbuka pada nilai-nilai baru. Inilah esensi dari penyuluhan integritas: bukan sekadar memberi tahu, tapi mengajak untuk mengalami dan memahami.
Penutup: Integritas Bisa Dipelajari Sejak Dini
Permainan edukatif seperti Terajana bukan sekadar hiburan. Ia adalah ruang belajar yang menyenangkan, sekaligus sarana untuk membentuk karakter. Ketika konflik muncul, di sanalah kesempatan terbaik untuk mengajarkan integritas secara nyata.
Dari kegiatan anak hari itu, kami tidak hanya melihat pemain yang semangat. Kami melihat calon generasi jujur, adil, dan bertanggung jawab yang sedang bertumbuh.
Tidak ada komentar
Harap berkomentar dengan sopan dan sesuai topik