Literasi Budaya & Kewargaan ; Belajar Menulis Aksara Jawa

Aksara Jawa adalah warisan budaya jawa yang harus tetap dijaga dan dilestarikan. Amat disayangkan, akibat gempuran teknologi dan budaya barat, generasi muda saat ini sudah melupakannya. Bahkan anak-anak sekolah sudah tidak mengenal dengan hasil karya luar biasa dari para leluhur ini. Mereka taunya hanya Aksara/huruf latin saja dan juga Huruf Arab. Untuk Huruf atau Aksara jawa malah tidak kenal sama sekali. 

Belajar Aksara Jawa


Aksara Jawa atau yang dikenal sebagai hanacaraka, carakan atau dentawyanjana adalah salah satu aksara yang berkembang di Pulau Jawa. Semakin lama semakin sedikit orang yang paham dengan aksara ini. Dikhawatirkan, dalam beberapa tahun ke depan Aksara Jawa akan punah.

Meskipun Aksara Jawa masih diajarkan sebagai kurikulum muatan lokal di DI Yogyakarta, Jawa Tengah, Jawa Timur, dan sebagian Jawa Barat. Namun pembelajarannya terbatas dan dibarengi dengan pengetahun budaya jawa lainnya..

Salah satu upaya yang dilakukan untuk menggaungkan literasi budaya dan kewargaan di TBM Bintang Brilliant adalah mengenalkan Aksara Jawa kepada anak-anak. Pengenalan Aksara Jawa menjadi salah satu upaya menggerakkan literasi budaya dak Kewargaan.

Meskipun jenis Aksara ini tidak digunakan dalam kehidupan sehari-hari, minimal mereka bisa tahu bentuk huruf dan cara menuliskannya. Sehingga tidak melupakan budaya sendiri.  



Arah penulisan aksara Jawa adalah kiri ke kanan. Sebelum berkembang menjadi huruf ha-na-ca-ra-ka, aksara ini lebih dikenal dengan nama aksara Jawa Kuno. Aksaranya terdiri dari 20 Aksara. Yakni ha na ca ra ka da ta sa wa la pa dha ja ya nya ma ga ba tha nga.

Untuk tahap awal proses pembeljaran, dantara 20 Aksara jawa yang coba dikenalkan hanya satu huruf saja, yakni Ha (dalam bahasa jawa bacanya ho).  Huruf Ha ini sekaligus digunakan untuk huruf  vokal a, i, u, e, o.  Namanya Sandangan Swara wulu (huruf i), suku ( (huruf u), taling (huruf e), taling tarung (huruf  o), pepet (huruf e)

Saat diberikan penjelasan nama lain dari sandhangan a, i, u, e, o ada gelak tawa yang terdengar. Anak-anak merasa lucu dan aneh mendengar sebutan huruf vokal dalam Bahasa Jawa. Hal ini dimaklumi karena baru pertama kali mendengarnya. Jika sudah mendengar dan melihat beberapa kali, pasti sudah meresap dan tidak merasa aneh lagi. 

Dalam Bahasa Jawa, untuk huruf e sendiri ada 2 cara membacanya. Yakni penggunaan e untuk lele dan e untuk mumet. meskipun sama-sama e, tapi pengucapan dan penulisannya berbeda. Begitu juga dengan huruf o. Ada huruf a yang dibaca o dan ada huruf asli o yang dibaca o juga. Contoh aja yang dibaca ojoloro yang dibaca loro

Sandangan merupakan bentuk huruf vokal yang tidak mandiri dan digunakan ketika berada di bagian tengah dari kata. Sedangkan di dalam sandangan sendiri dibedakan berdasar pada cara membacanya. Untuk aksara Swara ini juga tidak sama dengan jenis aksara-aksara yang lain. Ia juga dilengkapi dengan pasangan. 

Karena banyak yang masih bingung, Nextime dilanjut lagi.

Tidak ada komentar

Harap berkomentar dengan sopan dan sesuai topik

Gambar tema oleh 5ugarless. Diberdayakan oleh Blogger.