Cerpen: Raka dan Uang yang Tertinggal

Sebuah cerita anak fiksi bertema kejujuran dan integritas. 

Karya : Munasyaroh Fadhilah 

Pagi itu, Raka berjalan kaki menuju sekolah. Udara sejuk menemani langkah kecilnya melewati warung Bu Minah, toko Pak Gito, dan lapangan bola yang masih sepi. Tak jauh dari gerbang sekolah, matanya menangkap sesuatu di pinggir jalan.

Sebuah dompet cokelat tergeletak di sana. Raka memungutnya. Ia melihat ke sekeliling, tapi tak ada satu pun orang yang tampak kehilangan. Dengan hati-hati, ia membuka dompet itu.

Raka terperanjat. Di dalamnya ada lembaran uang seratus ribuan, kartu ATM, dan sebuah KTP. Ia membaca nama di KTP itu: Gito Santosa—itu nama pemilik toko yang biasa ia lewati setiap hari.

“Wah, dompet Pak Gito, ya?” gumamnya lirih.

Tiba-tiba muncul rasa bimbang dalam hati. Ia bisa saja menyerahkan dompet ini ke guru. Tapi uang sebanyak ini... bisa buat beli mainan, sepatu baru, atau jajan enak tiap hari. Tak ada yang tahu kalau ia menemukan dompet ini.

Di gerbang sekolah, Raka bertemu Dito, sahabatnya.

“Eh, Rak. Kok melamun?”

“Aku nemu dompet. Isinya uang banyak banget. Punya Pak Gito, kayaknya,” bisik Raka sambil menunjukkan isi dompet.

Dito melongo. “Wah! Banyak bener! Udah, ambil aja. Bilang aja enggak tahu. Orang lain juga pasti bakal gitu kok.”

Raka terdiam. Kata-kata Dito menggoda pikirannya. Ia menunduk, menatap dompet di tangannya. Tangannya mulai berkeringat.

Namun tiba-tiba, ia teringat jelas nasihat ibunya semalam saat makan malam.

> “Raka, kamu harus jadi anak jujur di mana pun berada. Nanti disayang Allah. Kejujuran itu kunci kehidupan.”

Kalimat itu seolah menggema dalam hatinya.

Dengan langkah mantap, Raka segera berjalan ke ruang guru. Ia mengetuk pelan, lalu masuk dan menemui Bu Ratna.

“Bu, saya menemukan dompet di jalan dekat sekolah. Isinya banyak uang dan ada KTP. Namanya Pak Gito,” ujarnya sambil menyerahkan dompet itu.

Bu Ratna segera memeriksa dompet tersebut. “Wah, ini betul milik Pak Gito! Untung kamu yang menemukannya, Raka. Ibu akan segera menghubungi beliau lewat ponsel.”

Beberapa menit kemudian, Pak Gito datang ke sekolah. Wajahnya terlihat panik.

“Bu Ratna, saya kehilangan dompet di jalan. Di dalamnya ada uang gaji untuk pegawai toko,” katanya cemas.

“Sudah ketemu, Pak. Ini berkat anak ini,” ucap Bu Ratna sambil menunjuk Raka.

Pak Gito langsung menghampiri Raka, menepuk pundaknya dengan bangga.

“Terima kasih banyak, Raka. Kamu anak jujur. Kamu menyelamatkan saya dan para karyawan toko. Saya tidak akan lupa kebaikanmu.”

Raka tersenyum kecil. Ia merasa lega dan senang. Hari itu, ia tidak membawa pulang uang sepeser pun, tapi hatinya terasa penuh dengan ketulusan dan keberanian.

---

Pesan Moral:

Kejujuran itu bukan soal besar atau kecilnya hal yang ditemukan, tapi keberanian memilih yang benar. Anak yang jujur akan disayang Allah dan dihormati oleh banyak orang. Kejujuran dan integritas tidak selalu memberi hadiah langsung, tapi akan membuat hati kita tenang dan dipercaya oleh orang lain. 


Tidak ada komentar

Harap berkomentar dengan sopan dan sesuai topik

Gambar tema oleh 5ugarless. Diberdayakan oleh Blogger.