Embun Pesisir Laut Utara, Kumpulan Puisi Karya Heri Listianto

Ditengah kekhawatiran virus Corona yang melanda Indonesia dan juga dunia, TBM Bintang Brilliant justru kedatangan virus literasi. Dua ekslempar buku kumpulan puisi didonasikan khusus buat TBM BINTANG BRILLIANT. Donasi buku ini tentu saja kami sambut gembira karena menambah koleksi buku sastra di tempat kami.


Jika sebelumnya donasi buku dari Penerbit BIP dikirim lewat jasa pengiriman barang, 2 ekslempar buku kumpulan puisi ini diberikan langsung oleh penulisnya. Kebetulan penulisnya adalah pemuda asli Desa Pucangro Kecamatan Kalitengah Kabupaten Lamongan tempat domisili TBM. Dia sudah lama berkecimpung di dunia sastra, Buku ini hanya salah satu diantara karya-karyanya.

Terimakasih buat Kak Heri Listianto atas donasi bukunya. Semoga buku ini menjadi pemicu penyebaran virus menulis di Desa Pucangro dan sekitarnya. Salah satu pengelola TBM Bintang Brilliant juga penulis, tapi belum ada karya tunggal yang dihasilkan. Hasil tulisannya hanya dibuat di blog pribadi munasya.com dan juga blog-blog lainnya. Jika ada sesama penulis seperti ini, akan menambah semangat buat berliterasi. Ruang diskusi terbuka lebar.

Ulasan Buku Kumpulan Puisi Embun Pesisir Laut Utara

Postingan kali ini selain mengabarkan akan adanya donasi buku baru di TBM Bintang Brilliant juga akan mengulas sedikit mengenai isi bukunya.



Judul Buku : Embun Pesisir Laut Utara
Penulis : Heri Listianto
Cetakan : 2020
Jml Halaman : viii + 102 halaman
ISBN : 978-602-7095-96-0
Penerbit : Lensa Publishing

Buku kumpulan puisi berjudul Embun Pesisir Laut Utara ini terdapat 87 puisi didalamnya. Ditulis dalam rentang waktu 5 tahun. Mulai tahun 2005 hingga 2009. Bukunya sendiri sengaja di bagi berdasarkan tahun pembuatannya sehingga dapat terlihat jelas bagaimana gaya kepenulisan dan pemikiran penulis dari tahun ke tahun.

Beberapa puisi yang tersaji dalam buku ini sebelumnya pernah dimuat di berbagai media. Diantaranya puisi berjudul Aku Mau Melewati Detik-detik (hal 5) dan Dua Warna (hal 6) yang pernah dimuat di Antologi bersama Mozaik Pinggir Jalan. Ada puisi yang dimuat di Radar Bojonegoro, Majalah Mahasiswa Akar (Unitomo), Majalah Manela dan berbagai media lainnya.

Baca juga : Kumpulan Puisi : Beri Judul Sajakku

Puisi-puisi yang tersaji dalam buku ini menjadi gambaran pikiran dari penciptanya. Penulis puisi ini mencoba menyampaikan berbagai fenomena alam, gagasan, kenangan, dan impiannya lewat kata-kata yang indah. Banyak juga diantaranya yang diperuntukkan untuk kekasih hatinya. Lewat guratan tulisan yang menawan, kita seakan diajak menyelami perasaan penulis yang lagi kasmaran.

Bahasa yang digunakan memang terkadang susah dipahami oleh orang awam. Perlu pencernaan yang mendalam. Tapi justru ini yang bikin berbeda dan unik. Karena keunikan puisi ada pada kerumitan bahasanya. Semakin nyentrik gaya bahasa yang digunakan, puisi akan semakin indah. Peristiwa Tsunami di Aceh, Gempa Bumi, Bom Bali tak luput di guratkan dalam kata-kata bijak khas sastrawan. Seperti salah satu puisi yang terdapat didalamnya :

Bom Tanpa Nama

Bum...!
Mengingat kalian saudaraku
Bagai sebuah kapuk tak berbaju

Duhai.... Bangsaku .....
dari peristiwa lalu
dadaku terbungkus suara bisu
mengeja haru batin-batin

Entah darimana suara itu?
suara yang menggelegar melewati Sukma
seluruh jagad

Apa ini yang disebut kiamat?

Aku tak tahu


Heri Listianto
Surabaya, 25 Juli 2009








Tidak ada komentar

Harap berkomentar dengan sopan dan sesuai topik

Gambar tema oleh 5ugarless. Diberdayakan oleh Blogger.